Aditya Utama Surono, Kamu Beruntung!

Aditya, tengah (dok: istimewa)

‘Pak, janganki kaget nah,” ucap istri pelan ketika saya sedang ‘tidur-tidur ayam’ setelah salat subuh di kawasan Tamarunang, Gowa, Sulawesi Selatan, 16/08.

‘Kenapa?’ balasku.

“Meninggalki Adit,” lanjutnya dalam ungkapan bergaya Makassar. Saya bangun dan membatin sembari menerawang melalui pintu kamar, Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Istri mendapati kabar pilu itu dari sahabat Aditya Utama Surono di laman Facebook bertautan.

Adit, begitu saya panggil, dikabarkan meninggal karena serangan jantung.

“Telah berpulang ke rahmatulloh salah satu pemimpin kami, sahabat kami bapak Aditya Utama Surono. Saya secara pribadi mengenal beliau sebagai orang yang baik, humoris, penuh semangat dan visioner. semoga beliau husnul khotimah,” kata tautan itu.

Lalu Hizbulloh, penulis tautan itu, melanjutkan bahwa dengan kepemimpinan, ide dan cita-cita beliau di Yayasan MDPI, tentunya ini merupakan kehilangan yang sangat besar untuk kami semua, untuk perikanan tuna skala kecil Indonsia.

“Tapi saya yakin semangat dan impian bapak (Aditya) akan terus hidup. Terima kasih atas semua nasihat dan pelajaran yang bapak berikan kepada kami. Kami akan merindukan bapak,” tulisnya.

***

Saya mengenal pertama kali Aditya Utama Surono di tahun 2007. Kami bekerja bersama di salah satu proyek berkaitan rehabilitasi usaha perikanan di Aceh dan Nias hingga 2008 pasca tsunami dan gempa bumi Aceh.

Betul kata Hizbulloh, Aditya humoris, penuh semangat dan visioner.

Di Jalan Singgahmata No. 1 Kota Banda Aceh, kami seruangan. Juga pernah satu kosan di kawasan Mata Ie. Dari dia saya belajar bagaimana memanfaatkan waktu, mengasah kemampuan berbahasa Inggris dengan otodidak.

“Bapak perbanyak nonton film-film Barat saja. Bagus tuh pak mengasah kemampuan listening dan makna kata,” kurang lebih begitu sarannya saat kami serumah. Dia punya banyak koleksi film-film yang dipinjamkan dan diberikan.

Aditya mempunyai kemampuan berbahasa Inggris yang sangat baik, tertata dan mudah dicerna kedua belah pihak, penutur dan pendengar. Pilihan katanya tepat dan enak. Itu pula mengapa dia banyak dimintai tolong untuk menerjemahkan beberapa dokumen proyek Earthquake and Tsunami Emergency Support Project (ETESP) bidang Perikanan (Fisheries) kala itu.

Dalam bekerja dia disukai oleh sahabat kami lainnya, ahli budidaya ikan Michael J. Phillips dan Richard Coutts, team leader kami saat itu.

Juga teman sekantor seperti Dr. Musri Musman, Inne Suryatmana, Dikdik Sodikin, Irnasari, Alexander Khan, Pamudi, Nazar Rusli, Eni Wachyuni dan beberapa anggota tim lainnya seperti Site Adviser di kabupaten/kota se-Aceh dan Nias, pun para supir-supir kami seperi Efendi dan Fauzi kala itu.

Bekerja bersama selama hampir dua tahun, di proyek yang sama dengan Aditya tentu menyisakan banyak kesan dan pengalaman. Karena itu kami selalu terlibat obrolan hangat via whatsapp atau DM via Facebook, kadang serius tapi lebih banyak bercandanya.

Terkenang chat messenger-nya di tahun 2009. Dia di Banda Aceh, saya di Makassar.

“Bang, I need your opinion nih. Gue mau buka usaha pariwisata di Banda Aceh nih. City Tour menggunakan becak motor yang cabin-nya lega dan nyaman plus pengemudinya sekalian guide yg bisa bahasa Inggris atau Jepang. Masukan? Thanks,” tulisnya.

Saya memberi jawaban, semampuku.

“Tapi ini ide yang bisa berjalan kan…..? Menurutmu. Telpon ente piro bang, susah amat nelponnya,” balasnya.

Itu yang saya ingat dari percakapan kami. Dia lurus bahkan teramat hati-hati untuk tujuan yang dia sudah pilih. Dia pekerja keras dan pandai menyenangkan orang tapi dia juga tegas untuk hal yang diyakininya benar.

39200826_10156625134007767_1220556274467340288_n
Bersama Richard Banks dan Adit (dok: pribadi)

Belakangan ini saya merasa dia semakin sibuk saja sebagai Direktur Eksekutif Masyarakat dan Perikanan Indonesia atau MDPI, salah satu LSM di Bali yang mengurusi isu perikanan terutama tuna dan masyarakat nelayan skala kecil. Meski pada beberapa kesempatan saya selalu mengusiknya dengan pertanyaan atas isu perikanan.

Pencapaian Adit sebagai direktur tak membuat saya kaget sebab dia memang kapabel, dia bisa menjalin komunikasi dengan baik serta efektif mengelola tujuan organisasi. Kemampuannya membangun relasi tingkat tinggi juga mengagumkan. Makanya tak heran ketika pada suatu kesempatan dia berfoto dengan Bill Clinton.

Meski bukan alumni Kelautan atau Perikanan, dia berpengalaman pada isu-isu kelautan dan perikanan. Tak hanya pembelajar yang beruntung, dia juga sukses menuntun beberapa stafnya dalam mengadopsi standar kerja profesional yang menurut saya pasti ‘high quality performance’, sebagaimana diakui Hizbulloh di atas.

Saya beberapa kali mencandai dia untuk ajak ke Bali tapi dibalas dengan jenaka, “Susah bayar konsultan seperti Bapak.”

***

Dia pembelajar yang ulet, dia banyak belajar pada kedua teman yang saya sebutkan di atas serta Richard Banks, ahli perikanan lainnya yang sempat jadi tandem Adit di sekitar tahun 2008 ketika saya kembali ke Makassar.

Pendek kata, Aditya adalah pembelajar yang pandai merawat pertemanan. Saya masih ingat ketika saya bertandang ke kantornya di Pesanggaran, Denpasar dua tahun lalu di tanggal 7 Oktober 2016. Saya mengirimkan foto kami berlima dan menandainya.

“Bang Aditya Utama Surono, thanks bagi ilmunya sore ini. Jangan lupa bahagia ya,” tulisku.

Sebagai teman, dia juga tak sungkan menyampaikan hal-hal pribadinya ke saya. Hal yang membuat saya sangat yakin kalau dia telah menemukan jalan terbaik untuk dirinya.

“Bang saya nggak minum bir lagi,” tulisnya.

“Saya berubah bang, salat tepat waktu. Abang jangan lupa salat juga,” teringat kata-katanya pada suatu kesempatan yang disampaikannya sekira dua atau tiga tahun lalu. Pernyataan yang memotivasi saya untuk menjumpainya ketika bertandang ke Bali dua tahun lalu itu.

Innalillahi wa innailaihi rojiun. Selamat jalan Adit, kamu sungguh beruntung!

Gowa, 16/08.

 

 

 

 

2 thoughts on “Aditya Utama Surono, Kamu Beruntung!

  1. terima kasih sudah menuliskan cerita ttg mas aditya ini, daeng. almarhum memang orang baik. semoga mendapat tempat terbaik di surga, berenang dg ikan-ikan kesayangannya. 🙂

    Like

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.