Ibu Susi dan Sampah Plastik di Pesisir Laut Natuna

Jangan biarkan sampah plastik merampas kehidupan laut (foto: Sukarma)

“Katanya orang Takalar, kenapa nggak berani berenang?” godanya. Saya menyengir dan mencebur diri ke laut Natuna dengan pelampung melekat di badan. Cie!

Siang itu, Si Ibu baru saja selesai mengayuh paddle, olahraga kesukaannya. Dia mengaso sembari menikmati segelas kopi. Laut mengalun. Dia bergoyang sembari mencandai kami.

Sebentar lagi Laut Natuna akan bergelora. Angin Utara yang diwaspadai nelayan-nelayan Anambas dan Natuna sebentar lagi tiba.

Sebelumnya, Si Ibu terlihat mengayun paddle-nya dengan cekatan, kami melihatnya mengayun dengan latar pemandangan batu-batu indah khas Natuna. Jika laut relatif tenang biasanya dia berdiri, tapi kali ini duduk, sesekali berbaring.

Bersama tiga orang lainnya, mereka mengarah ke utara, kami menanti di sudut tanjung.

Tak lama, dia menuntun saya dan lima orang lainnya ke tepian. Tak ada kata-kata, dia menepi ke pantai, di antara batu-batu besar. Kami mengikut. Sebagian lainnya masih di sekoci.

“Sampah plastiknya banyak banget,” katanya sembari menyisi tepi pantai.

Itu semacam kode untuk kami agar mulai bahu membahu mengumpulkan sampah yang berserak di tepi pantai. Dia juga memunguti sampah yang berserakan. Saking banyaknya, dasar laut terlihat menghitam penuh kantung kresek, sampah plastik, dan benda-benda asing lainnya.

“Ini bisa sampai setengah ton sampahnya,” imbuhnya.

Botol minuman berbahan kaca dan plastik, kantung kresek, wadah plastik, hingga baju partai berserak di tepi pantai. Di tepian laut, di kedalaman 30 meter, berlembar-lembar kantung plastik tertanam di dasar. Sebagian terlihat melambai mencipta suram.

Angin Laut Utara dan sampah-sampah kiriman dari wilayah lain disebut sebagai penyebabnya.

Kami menghabiskan waktu hingga dua jam di pantai itu sebelum kembali ke Kota Ranai dengan kesimpulan yang sama. “Laut kita telah tercemar sampah plastik yang hebat. Orang-orang harus diingatkan dampaknya.”

Kita harus mengingatkan orang-orang bahwa sampah yang dibuang ke laut telah membuat ekosistem semakin nelangsa. Jangan biarkan sampah plastik merampas dan merusak keseimbangan ekosistem laut Nusantara.

Jangan biarkan penyu makan plastik. Jangan biarkan organisme laut terganggu kehidupannya karena sampah plastik lebih banyak ketimbang lamun atau karang.

Guys, Hari Peduli Sampah Nasional yak, lindungi laut dari serbuan sampah plastik!

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.